Dispustaka Enrekang kembali mefasilitasi kegiatan peningkatan literasi melalui Bimbingan Teknis Membaca Nyaring pada Senin, 5 Mei 2025. Kegiatan bimtek tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu Guru, Pustakawan/Tenaga Perpustakaan dan Orang Tua.
Pembagian tiga kategori dimaksudkan untuk mendorong kegiatan membaca nyaring sesuai dengan profesi atau lingkungan masing-masing. Misalnya, untuk guru yang diundang sebagai peserta adalah guru kelas 1 dan 2 SD, maka diharapkan dapat mempraktikkan membaca nyaring saat pembelajaran di kelas berlangsung.
Demikian halnya ketika anak memasuki perpustakaan baik perpustakaan desa maupun sekolah, pustakawan/tenaga perpustakaan diharapkan dapat membacakan buku kepada pemustaka. Tentu yang juga tak kalah pentingnya, orang tua membacakan buku untuk anak-anaknya di rumah.
Dengan tiga sasaran kegiatan bimtek itu, Dispustaka Enrekang juga bermaksud untuk mendorong terbangunnya ekosistem membaca nyaring pada tiga lingkungan yaitu di rumah, sekolah, dan di luar sekolah/kelas yakni perpustakaan desa.
Agar peserta dapat memahami teknik dan strategi dalam membaca nyaring, Dispustaka menghadirkan 3 narasumber yang berpengalaman di bidang membaca nyaring (read aloud), di antaranya Hartoyo Darmawan (Perpusnas RI), Puguh Hermawan (Pendongeng dan Pendiri Yayasan Rumah Dongeng Nusantara) dan Nurfitriana Majid (Trainer dari Read Aloud Indonesia).
Dalam proses bimbingan, peserta diajak melakukan praktik membaca nyaring untuk melatih kemampuan membaca dengan suara yang jelas, lantang, dan dengan intonasi yang tepat. Sehari penuh, peserta mendapatkan banyak hal baru yang dapat diterapkan di lingkungan masing-masing.
Narasumber Nurfitriana Majid menyatakan bahwa orang tua memiliki peran untuk menjadikan benda mati “buku” menjadi hidup bagi anak melalui membaca nyaring. Hal ini membangun motivasi anak untuk menikmati dan mencintai buku.
Sementara bagi Puguh Hermawan yang merupakan praktisi dongeng, menyatakan bahwa membaca buku secara nyaring akan membuat impian penuh dengan warna, seperti dongeng yang akan mewujudkan imajinasi anak.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh Hartoyo Darmawan dari Perpusnas, bahwa dalam membaca nyaring jauh lebih penting anak mau membaca daripada hanya bisa membaca.
Sementara itu, salah satu peserta dari pengelola Perpusdes, Rusni, mengungkapkan bahwa kegiatan ini memberikan ia pemahaman baru mengenai teknik membaca yang efektif untuk anak-anak yang nantinya diterapkan di perpustakaan desa.