oleh Irsan – Pustakawan Muda yang memang masih muda.
Hari Kunjung Perpustakaan yang dirayakan setiap tanggal 14 September, haruslah menjadi momentum untuk kita meningkatkan angka kunjungan ke perpustakaan. Walaupun saat ini akses membaca sudah bisa didapatkan melalui perpustakaan digital, namun berkunjung langsung ke perpustakaan memiliki sejumlah manfaat yang boleh jadi tak pernah terduga. Juga tak berarti bahwa upaya ini hanya dilakukan pada tanggal tersebut, melainkan bagian dari ‘jeda peringatan’ untuk kita mengukur layanan yang selama ini diberikan, terutama bagaimana memahami kebutuhan pemustaka terkini. Jadi bisa dijadikan titik evaluasi sekaligus refleksi untuk mengatur strategi baru (lagi) perihal layanan apa yang mampu memicu kehadiran masyarakat ke perpustakaan.
Sebenarnya saat dunia digital makin mengakar dalam kehidupan masyarakat, perpustakaan yang sekedar dikunjungi memang kurang relevan lagi, karenanya perpustakaan terus bertransformasi menjadi ruang yang lebih memberdayakan. Setelah baca buku dan dapat pengetahuan bisa diakses di rumah masing-masing melalui perpustakaan digital, maka tibalah perpustakaan menjadi tempat menukarkan atau berbagi pengetahuan dari hasil bacaan kepada orang lain. Mendiskusikan perihal apa yang dibaca agar dapat menjadi ingatan kolektif dan menemui kontekstualnya. Bahkan dalam program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, pengetahuan yang diperoleh dari layanan informasi yang tersedia di perpustakaan selanjutnya difasilitasi dengan praktik literasi terapan dan relevan. Biasanya melalui pelatihan, workshop, bimbingan belajar dan jenis kegiatan lainnya yang menawarkan pengembangan skill untuk diaplikasikan dalam profesi pada kelompok pengguna perpustakaan.
Ruang-ruang yang mustinya dikunjungi pemustaka hari ini di perpustakaan memang bukanlah sekedar ruang baca, tetapi juga ruang berlatih dan berbagi pengalaman. Tapi jangan salah, ruang berlatih itu tetap terintegrasi dengan layanan informasi seperti buku yang sesuai. Malah akan lebih maksimal bila ruang baca yang diklaster berdasarkan subyek ilmu (mengikuti klasifikasi) disediakan pula makerspace (ruang berkarya) atau semacam sarana praktik yang sesuai dengan subyek tersebut. Misalnya Ruang Klasifikasi 700 Kesenian dan Rekreasi, maka di dalamnya disediakan media-media yang mendukung kegiatan belajar seni, ekspresi berkesenian dan bernuansa seni, atau Ruang Klasifikasi 400 Bahasa terdapat program belajar bahasa dan lengkap dengan alat pendukung untuk kursus berbahasa.
Jadi tawaran untuk berkunjung ke perpustakaan hari ini harus terus dikembangkan. Setiap kunjungan pemustaka hendaknya kita berikan sesuatu yang menawarkan kemanfataan bagi profesinya, khususnya bagi kalangan masyarakat umum. Jika bisa, dalam satu kali kunjungannya, pemustaka memperoleh 3 manfaat sekaligus: informasi, pengetahuan, dan keterampilan. Bagi pelajar dan mahasiswa mungkin kebutuhan informasinya masih untuk tugas belajar dan menambah pengetahuan, namun bagi masyarakat tentunya berbeda, sebab informasi yang diakses sebisa mungkin memberikan nilai produktif.
Karena itu mari kita coba memperbarui layanan kita dengan cara mengidentifikasi kebutuhan masyarakat. Merancang strategi yang efektif untuk mengajak masyarakat antusias berkunjung ke perpustakaan. Boleh jadi, minat kunjung itu kita bangun dari daya tarik masyarakat terhadap programnya, buku-bukunya yang masih fresh, atau pustakawannya yang ‘cakap’ untuk diajak ngobrol mengenai subyek yang cukup dikuasai (dikonsentrasikan). Ayolah kita berlomba-lomba menarik orang datang ke perpustakaan, ajaklah seolah-olah perpustakaan itu ibarat kunci awal menuju masa depan.
Jadi apa tawaranmu untuk pemustaka hari ini?