Rayakan Bulan Bahasa, SMAN 2 Enrekang Hadirkan Budayawan dan Penyair dalam Gelar Wicara Literasi

Sekitar 1.000-an peserta didik pada Kamis pagi (30/10) berkumpul di lapangan SMAN 2 Enrekang dalam acara Gelar Wicara Literasi. Selain dari tuan rumah, peserta didik yang hadir dalam acara tersebut, ada pula dari luar SMAN 2 Enrekang seperti SMK Latanro dan beberapa sekolah lainnya. Demikian halnya, kegiatan itu juga diikuti oleh para guru, baik yang merupakan guru SMAN 2 Enrekang maupun guru dari sekolah lainnya.

Sebelum kegiatan Gelar Wicara, beberapa penampilan dan pentas dari peserta didik bersama guru disuguhkan. Semua pementasan tersebut terkait dengan perayaan Bulan Bahasa.

Pembicara dalam Gelar Wicara Literasi tersebut ialah tokoh Budayawan Sulsel Yudhistira Edi Thamrin dan juga Jurnalis Rusdin Tompo. Keduanya merupakan tokoh Sulsel yang telah lama berkarya dalam dunia sastra maupun reportase.

Pada sesi tersebut, Ibu Khadijah selaku pemandu acara meminta kedua pembicara untuk memperkenalkan dirinya masing-masing secara singkat. Lalu ia pun meminta para pembicara untuk memberi respon dan masukan kepada pementasan yang mereka saksikan.

Yudisthira atau nama lengkapnya Edi Thamrin, mengantar dengan membuka pernyataan bahwa beberapa abad yang lalu seorang ilmuwan Alvin Toffler telah menyampaikan akan terjadinya gelombang ketiga dengan ‘banjir’ informasi, maka saat itu dikatakan siapa yang menguasai informasi akan menguasai dunia. Informasi tidak dipisahkan dengan kehidupan manusia sekarang dan masa depan.

“Di abad informasi ini, harus banyak menguasai informasi, bahkan setiap orang sekarang sudah bisa me-report, bisa menjadi jurnalis warga,” ujar Edi Thamrin.

Edi Thamrin mengajak para peserta untuk mengoptimalisasikan informasi dengan kecerdasan komunikasi melalui kemampuan literasi. Menurutnya, apalagi di era post truth ada orang-orang yang hampir tidak percaya lagi dengan para pakar, justru lebih percaya dengan media sosial.

“Di sinilah perlunya kecerdasan berliterasi untuk memahami informasi-informasi yang mengepung atau menyerang kita. Kita berliterasi untuk mendapatkan validitas,” pungkas Yudistira Edi Thamrin.

Sementara itu, Rusdin Tompo menerangkan saat ini dibutuhkan literasi agar muncul kesadaran kritis ketika membaca banyaknya sumber informasi. Tentunya, dengan menguasai literasi bisa menambah wawasan.

“Mustahil literasi berkembang kalau tidak dibangun tradisinya, membangun budaya baca tidak ujug-ujug tapi harus difasilitasi,” kata Rusdin Tompo.

Ia menambahkan bahwa selalu menekankan agar membaca apa saja, karena suatu saat akan memiliki manfaat. Ia menjelaskan bahwa apapun yang dibaca nantinya akan menemukan kebermanfataan, seperti kebaikan itu akan saling memanggil.

Pada momen itu, Rusdin Tompo pun mengusulkan adanya pertukaran buku antar perpustakaan di suatu wilayah yang berdekatan agar ada penyegaran melalui buku-buku yang baru. Tujuannya agar peserta didik punya antusias untuk mengakses buku-buku yang berbeda.

Di akhir acara, Pustakawan Dispustaka Enrekang, Irsan juga diberi kesempatan untuk berbagi. Irsan menyampaikan bahwa beberapa catatan penting dari para pembicara yang memang perlu ditingkatkan dalam menumbuhkan literasi. Salah satu yang direspon yaitu perlunya ekosistem perbukuan, misalnya keberadaan toko buku, termasuk ia pun memantik sekolah melalui guru bahasa membina munculnya klub baca di setiap sekolah menengah atas di Kabupaten Enrekang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *