Baje Rappo, Oleh-oleh Unik dengan Kemasan Alami

oleh Sunarti, Penulis-Arsiparis Dispustaka Enrekang

Tanah Massenrenmpulu juga mempunyai makanan tradisional yang telah dikenal di Sulawesi Selatan, namanya baje rappo atau baje canggoreng. Baje atau wajik ini adalah kue yang bahan dasarnya kacang tanah dan gula merah dan proses pembuatanya pun cukup mudah. Baje rappo ini salah satu cemilan Enrekang yang biasanya dijadikan oleh-oleh untuk teman ataupun dosen bagi para mahasiswa. Dan biasanya cemilan ini sering dipilih dalam acara khusus seperti pada saat panen bawang karena selain pembuatanya yang cukup mudah juga sangat praktis dibawa kemana-mana, jangan lupa rasanya yang istimewa dan mempunyai ciri khas yang unik sehingga cemilan ini digemari bayak orang.

Kue asal Enrekang ini memang berbeda dengan cemilan di kota-kota, berbeda mulai dari pegemasan, rasa hingga kebersihan. Kue khas Enrekang ini dibungkus dengan kulit jagung, sedangkan kue kota pada umunya menggunakan wadah bahan plastik, bahkan diduga memakai pewarna ataupun pengawet yang bertujuan untuk menarik minat pembeli.

Baje rappo ini memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan makanan lainya, karena baje rappo dibungkus dengan menggunakan kulit jagung kering. Cara pembuatan baje rappo ini pun cukup mudah dibanding dengan baje pulut. Baje rappo tidak perlu menggunakan kelapa parut, sedangkan kelapa parut pada baje pulut merupakan bahan dasar dalam pembuatannya untuk menciptakan rasa gurih. Bahan dasar pembuatan baje rappo adalah rappo canggoreng atau kacang tanah, gula merah dan air secukupnya.

Cara pembuatanya pun cukup mudah yaitu pertama kacang tanah digoreng tanpa minyak hingga matang, selanjutnya gula merah dimasak dengan air secukupnya dengan menggunakan wajan (pamuttu dalam bahasa Duri), saat gula masak api dikecilkan. Kemudian kacang yang sudah bersih dimasukan, dengan api kecil sambil terus diaduk-aduk hingga merata dan warnanya kekuningan. Lalu siapkan wadah yang datar dan lebar,  dialasi dengan plastik yang sudah dioleskan minyak. Adonan legit yang sedikit lengket dan beraroma manis ini kemudian dibungkus menggunakan kulit jagung kering.

Saat proses pembungkusan selesai proses selanjutnya adalah pendiginan. Setelah adonan dingin waktunya pegemasan. Baje rappo biasanya dimasukkan dalam kemasan plastik yang berisi 8 bungkus, jika pengolahan  ingin memasarkanya. Tapi ada juga yang memproduksi hanya untuk dijadikan cemilan di rumah atau lainnya.  Untuk  pembuatan baje rappo canggoreng ini bisa juga digunakan kacang tanah kupas kulit yang lebih praktis penggunaanya. Namun, karena harga kacang tanah kupas kulit agak lebih mahal, maka biasanya pengolah lebih memilih menggunakan kacang yang belum dikupas kulit arinya. Dengan kulit ari kacang tanah akan menjadi lebih mudah dikelupas.

Harga satu ikat baje rappo biasanya berkisar Rp. 5.000 sampai Rp. 20.000. Kita dapat memperoleh baje roppo di bagian Kotu Enrekang pinggiran jalan raya. Peminat baje rappo tersebut biasanya pemudik yang dijadikan oleh-oleh untuk para keluarga, teman dan mahasiswa yang menjadikan oleh-oleh untuk dosen kampus. Dalam pegelolahan baje rappo ini biasanya para pegelolah mendapat keuntugan dua ribu rupiah untuk satu bungkus,  keuntungan tersebut dikembalikan menjadi modal yang digunakan sekali produksi.

Satu kali pembuatan biasanya memperoleh keuntugan sejuta dalam sekali pembuatan 20 liter kacang tanah dan menghasilkan dua ratus bungkus. Biasanya baje rappo ini dititipkan kepada warung lain yang menjual lebih mahal yaitu pembuat menjual dengan harga Rp. 8.000, maka warung tempat penitipan menjual dengan harga Rp. 10.000. Sehingga memiliki keuntungan yang sama yaitu Rp. 2.000 per kemasan. Namun harga tersebut pun belum menentu jika semakin banyak peminat baje rappo biasanya pembuat menjual seharga Rp. 15.000 atau bahkan sampai Rp. 20.000, berdasarkan situasi dan kondisi, apabila jarang pembeli yang lewat atau singgah maka pemproduksi pun biasa menjual dengan harga yang cukup murah. Kebanyakan pembeli baje rappo adalah pegendara yang  berwisata.

Adonan baje rappo canggoreng ini hanya bertahan hingga tiga minggu saja karena pengolah tidak menggunakan bahan pegawet, bukan hanya baje rappo, kue merah, buronggo, doko-doko, dangke dan lainnya yang merupakan makanan khas Enrekang tidak pernah menggunakan bahan tersebut dalam proses pembuatanya, sehingga makan khas Enrekang merupakan makanan yang cukup steril, dan banyak digemari oleh masyarakat luar. Seperti di kota Makassar makanan khas ini cukup terkenal bahkan banyak wisata  di kota besar yang sengaja berkunjung hanya untuk menikmati kuliner-kuliner khas Enrekang. Selain rasanya yang memang berbeda dengan kuliner lainya juga pegemasan yang berbeda mulai dari daun pisang, kulit jagung hingga daun kelapa muda. Sehingga apabila ingin berkunjung di Kabupaten Enrekang sangat tidak lengkap tanpa menikmati cemilan/kue ataupun makanan kuliner khas Enrekang. Dan jangan lupa  menjadikan baje rappo atau baje canggoreng dijadikan oleh-oleh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *