Nasu Burak: Nikmatnya Batang Pisang

Oleh Muhammad Arfan S.

Berkunjung ke kabupaten Enrekang, tak asyik rasanya jika tidak melakukan wisata kuliner. Kabupaten Enrekang wilayahnya didominasi pegunungan menjadikannya memiliki bentang alam yang eksotis. Tetapi selain menyajikan keeksotisan, Enrekang ternyata menyimpan berbagai keragaman. Hal ini tidak lain disebabkan oleh wilayah pemukiman yang menyebar, sehingga menyebabkan munculnya keberagaman antara satu wilayah dengan yang lainnya.

Salah satu yang terlihat jelas adalah bahasa. Pada wilayah bagian selatan Enrekang, bahasa yang digunakan berciri khas Enrekang tetapi mengalami akulturasi dengan bahasa bugis. Sedangkan pada wilayah bagian utara Enrekang, bahasa yang digunakan merupakan hasil akulturasi dengan bahasa Toraja. Namun bukan hanya bahasa. Dari segi yang lain pun Enrekang memiliki keragaman, termasuk kuliner. Dari wilayah selatan hingga utara Enrekang akan ditemukan berbagai ragam kuliner yang memiliki ciri dan keunikan dan mewakili kekayaan alam yang terdapat di wilayahnya masing-masing. Salah satu kuliner yang merupakan hasil kearifan lokal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan lokal adalah kuliner yang dinamakan Nasu Burak.

Ditinjau dari segi penamaan, maka akan mudah diketahui bahan dasar kuliner ini. Bagaimana tidak, nama Nasu Burak jika diterjemahkan ke dalam bahasa lokal (Enrekang) adalah nasu berarti kuliner atau masakan sedangkan burak berarti “batang pisang”. Sehingga jika digabungkan maka nasu burak dapat diartikan sebagai kuliner dari batang pisang.

Kuliner dari batang pisang? Kalau makan pisang sih biasa, tapi ini dari batang pisang. Mungkin pertanyaan ini yang akan muncul di kalangan penikmat kuliner yang belum pernah berkenalan dengan nasu burak. Meskipun nasu burak memiliki kemiripan kuliner dari beberapa wilayah lain, seperti Toraja. Tetapi tentu saja dengan karakter dan keunikannya masing-masing.

Jika mendengar terjemahannya saja, maka tentu akan terbayang batang pisang dari pangkal hingga ujungnya diolah menjadi kuliner? Apa mungkin? Ternyata, yang diolah menjadi nasu burak adalah bagian dalam batang pisang. Biasanya bagian yang diambil adalah bagian yang masih agak keputih-putihan. Salah satu alasannya adalah untuk mendapatkan tekstur kuliner yang halus dan mudah diolah serta mengurangi rasa sepat yang menjadi khas batang pisang. Sehingga bagian luar batang pisang yang lebih sukar diolah tidak akan digunakan.

Batang pisang yang paling baik digunakan untuk nasu burak adalah jenis pisang batu. Apakah batang pisang batu yang akan diolah ini dimasak begitu saja? Tentu tidak. Dalam nasu burak menggunakan bahan dasar yang mayoritas diperoleh di wilayah Enrekang (merupakan hasil bumi Enrekang). Bahan yag dibutuhkan  untuk membuat kuliner ini meliputi kelapa muda, merica, bawang putih, bawang merah, ketumbar, sereh, jahe, lengkuas, kunyit, garam, dan ada satu bahan yang berasal dari hasil kelapa halus yang telah disangrai yang dikenal sebagai karopa.

Selain bahan dasar tersebut, maka dalam membuat nasu burak biasanya dilengkapi dengan menambahkan koteng (keong air tawar). Hewan ini tergolong mudah di temukan di wilayah Enrekang yang merupakan daerah pegunungan dan memiliki banyak mata air. Meskipun sebagian pembuat nasu burak saat ini mulai beralih ke bahan lain di dalam pembuatannya, salah satunya mengganti koteng dengan daging ayam. Tetapi tentu saja, penggunaan koteng dan daging ayam memiliki keunikannya masing-masing. Dengan menggunakan koteng dalam pengolahan nasu burak akan memberikan cita rasa yang unik, apalagi jika mengalami sensasi makan Nasuk Burak sambil menyedot isi koteng.

Bagaimana cara mengolahnya? Tentunya, batang pisang diiris tipis-tipis kemudian dicampurkan dan diremas dengan bumbu yang telah dihaluskan kecuali jahe dan lengkuas (cukup digeprek), jangan lupa karopa dan kelapa muda yang telah diparut. Kemudian irisan batang pisang yang sudah dicampur dengan bahan-bahan tadi, ditambahkan air dan jangan lupa koteng. Kemudian masak hingga matang. Biasanya dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk mendapatkan nasu burak yang matang. Tetapi jika menggunakan daging ayam, maka nasu burak dimasak hingga 2 jam.

Camme Burak

Nasu Burak di Enrekang biasanya dijadikan sebagai pengganti lauk pauk, sehingga dengan makan nasu burak ditemani hanya dengan nasi putih tentu sudah lengkap. Bagaimana tidak, koteng atau daging ayam merupakan lauk, sedangkan batang pisang menjadi pauknya. Jika ingin lebih lengkap, dapat dinikmati dengan hidangan lokal lainnya, seperti dangke.

Akhirnya, jika hanya berkunjung ke Enrekang karena keindahan alamnya, maka mata akan sangat terpuaskan dengan bentang alamnya. Maka tidak ada salahnya melengkapi kunjungan ke Enrekang dengan menyempatkan diri untuk memanjakan perut menikmati kuliner khas yang ada di Enrekang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *