Perpustakaan Nasional RI bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab Enrekang mengadakan Safari Gerakan Nasional Pembudayaan Gemar Membaca di Aula Pendopo Rujab Bupati Enrekang, Sabtu, 13 Mei 2017. Acara yang rutin diadakan setiap tahun ini menghadirkan 300-an peserta yang berasal dari berbagai kalangan. Membeludaknya peserta, ini tidak terlepas dari kehadiran kepala Perpustakaan Nasional RI, Drs. Muh. Syarif Bando, MM, yang merupakan putra kelahiran Massenrempulu.
Sebagai pembicara utama, Muh. Syarif Bando memberi motivasi akan pentingnya kemampuan literasi dalam pembangunan daerah. Baginya, perlu membangun SDM yang berjalan seiring pembangunan infrastruktur. Tentu dengan mengembangkan komunitas ekonomi masyarakat yang dibekali pengetahuan dan keterampilan yang difasilitasi perpustakaan.
Berbicara di hadapan mayoritas pelajar, Muh. Syarif Bando juga mengharapkan ada guru di sekolah-sekolah yang mengangkat topik pelajaran perihal Enrekang, apalagi mulai banyak referensi atau buku tentang Enrekang. Dan tentang bagaimana mendapatkannya, Syarif Bando mengajak untuk mengembangkan perpustakaan dan menyebarkan buku-buku topik Enrekang.
Agar membaca menjadi keterampilan dasar di lingkungan sekolah, Muh. Syarif Bando mengharapkan Bupati mengeluarkan edaran wajib baca, wajib resume bacaan, dan distimulasi agar anak-anak pelajar mampu memahami apa yang mereka baca.
Selain Kepala Perpusnas, hadir pula Kepala Sekolah SMPN 1 Enrekang sebagai pembicara, yang menggambarkan program literasi sekolah. Pemaparan yang ditampilkan diantaranya usaha atau proses kreatif dari guru/pengelola perpustakan dan pojok baca. Proses yang dikerjakan mengacu pada tahapan-tahapan yang dimulai dari tahap pembiasaan membaca 15 menit, tahap pengembangan dan tahap pembelajaran yang berorientasi pada kemandirian menelusur sumber informasi.
Dalam mewujudkan lingkungan yang literat, SMPN 1 Enrekang mendesain ruang baca yang nyaman-kondusif dan disertai ruang berkarya siswa lewat mading. Alhasil, usaha itu perlahan-lahan menunjukkan dampak yang positif kepada siswa. Bahkan beberapa siswa menjadikan fasilitas membaca di setiap sudut sekolah tersebut sebagai alternatif memperoleh informasi yang tidak dijumpai di perpustakaan.