Potensi dan Daya Tarik Wisata Situs Tontonan di Kabupaten Enrekang

Oleh Taslim Pangari

Enrekang yang juga sering disebut Massenrempulu merupakan salah satu daerah/kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Enrekang sendiri diapit oleh beberapa kabupaten tetangga, antara lain: Kabupaten Tana Toraja di sebelah Utara; Kabupaten Luwu di sebelah Timur; Kabupaten Sidrap di sebelah Selatan; dan Kabupaten Pinrang di sebelah Barat. Adapun luas wilayahnya yaitu sekitar 1.786,01 km², dengan kepadatan penduduk sekitar ± 190.579 jiwa.

Dari segi topografi, Kabupaten Enrekang lebih dikenal sebagai wilayah pegunungan, yang terdiri dari perbukitan/gunung, lembah, dan sungai. Didominasi oleh bukit atau gunung, yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang secara keseluruhan. Bahkan, beberapa anggapan bahwa gunung tertinggi di pulau Sulawesi terapat di wilayah Enrekang, yaitu gunung Latimojong (puncak Rante Mario) yang memiliki ketinggian sekitar 3.478 mpdl,  lebih tinggi dari gunung Rinjani di NTB dan Semeru di Jawa Timur.

Kabupaten Enrekang yang terdiri dari 12 Kecamatan ini, juga memiliki sumber daya alam yang terbilang cukup melimpah, terutama lahan pertanian/perkebunan yang subur. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Bumi Massenrempulu di bidang pertanian/perkebunan yang terbilang cukup tinggi. Jagung misalnya, sebagaimana dilansir oleh Albar (2019) dalam TribunEnrekang.com, bahwa pada tahun 2018 lalu jumlah produksi jagung di Kabupaten Enrekang mencapai 104.913 ton, dan bahkan menurut keterangan Sekertaris Distan Enrekang, Muhammad arif, capaian itu pun sebenarnya masih dapat ditingkatkan lagi jika melihat potensi lahan yang ada. Selain jagung, sebagaimana diketahui bahwa Enrekang juga merupakan salah satu daerah penghasil Kopi Arabika yang sudah mampu menembus pasar internasional. Hasil bumi lainnya yang terbilang cukup tinggi, diantaranya seperti bawang, tomat, cabe, sayur-sayuran, dan beberapa jenis tanaman jangka pendek lainnya yang biasa disebut sebagai palawija.

Selain pertanian/perkebunan, sumber daya alam lainnya yang juga sangat potensial untuk meningkatkan pendapatan daerah khususnya di Kabupaten Enrekang adalah objek-objek wisatanya. Akan tetapi, yang menjadi persoalan kemudian adalah objek-objek wisata di Kabupaten Enrekang sejauh ini belum mendapat perhatian atau belum dikelola dengan baik, sehingga para pelancong wisata belum banyak mencurahkan perhatiannya dan mengunjungi objek-objek atau destinasi wisata yang ada di Kabupaten Enrekang. Para wisatawan, terutama wisatawan asing (termasuk wisatawan mancanegara), justru lebih memilih mengungjungi objek atau destinasi wisata di Toraja yang tidak lain adalah Kabupaten Tetangga Enrekang untuk menikmati objek atau destinasi wisatanya. Padahal, sebagaimana diketahui bahwa kebanyakan para wisatawan asing yang melakukan kunjungan wisata ke Toraja melalui jalur darat, terlebih dahulu melewati Kabupaten Enrekang sebelum sampai ke Toraja. Alhasil, pendapatan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Enrekang pun belum maksimal. Dengan kata lain, sektor pariwisata belum berpengaruh atau berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah khususnya di Kabupaten Enrekang, dalam hal ini Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Padahal, Archer dalam tulisannya Importance of tourism for the economy of Bermuda: Annals of Tourism Research (lihat Kristiana & Nathalia, 2019) menegaskan bahwa salah satu sector yang menjadi andalan dan sangat berpotensi sebagai sumber pendapatan daerah adalah pariwisata, karena sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi prioritas pengembangan di sejumlah negara, terutama di Indonesia. Demikian, karena kegiatan pariwisata mampu menciptakan permintaan berupa konsumsi dan investasi, yang berpengaruh besar terutama untuk kegiatan produksi barang dan jasa; aktivitas pariwisata bermanfaat sebagai lapangan pekerjaan, termasuk retribusi dan pendapatan pajak. Artinya, pariwisata sejatinya menjadi salah satu sektor yang dapat mendongkrak perekonomian dan atau pendapatan Asli Daerah.

Di samping itu, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Pembangunan Sosial dan Budaya sebenarnya sudah diatur dan ditetapkan bahwa pembangunan kebudayaan dan pariwisata dapat dilaksanakan melalui Program Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaann serta Pengembangan Pariwisata. Artinya, dari sini juga dapat dilihat secara jelas bahwa pengembangan pariwisata, dalam hal ini objek-objek wisata, memang sudah seharusnya menjadi trend dalam suatu daerah/wilayah, dan bahkan boleh dikata sudah harus menjadi prioritas utama dalam rangka membangun kehidupan sosial dan budaya secara komprehensif. Dengan kata lain, melalui program pengembangan pariwisata yang baik, suatu keniscayaan pula akan tercipta kehidupan sosial masyarakat yang “ideal”, yang mampu menjaga kelestarian budaya, kearifan-kearifan lokal, kesenian, dan pesona sumber daya alam itu sendiri sebagai aset atau kekayaan bangsa yang bernilai tinggi.

Terkait tentang objek atau destinasi wisata khususnya di Kabupaten Enrekang, perlu diketahui bahwa di kabupaten Enrekang sendiri juga terdapat berbagai macam objek wisata yang tidak kalah menarik dengan objek-objek wisata lainnya yang ada di belahan Nusantara. Salah satu diantaranya, yang kemudian akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini adalah Situs Tontonan.

Wacana terkait Situs Tontonan

Situs Tontonan atau sering juga disebut Situs GuaTontonan berlokasi di Kelurahan Tanete, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, sekitar 27 KM dari pusat Kota Enrekang. Situs yang terletak di sekitar pinggiran Sungai Mata Allo ini memiliki luas sekitar 371,54 m², ketinggian tebing sekitar 180 meter dengan kemiringan yang hampir mencapai 90 derajat (Lihat Purnamasari, 2013).

Situs Tontonan sendiri juga dianggap sebagai salah satu situs bersejarah yang ada di Kabupaten Enrekang. Pasalnya, pada salah satu tebing di Situs Tontonan tersebut terdapat wadah kuburanyang disebut mandu atau erong sebagai tempat menyimpan jenazah, yang dianalisir sudah ada sejak zaman dahulu sebelum Islam masuk di wilayah Enrekang. Jika dilihat secara sepintas, di tengah-tengah tebing tersebut terdapat lubang memanjang (horizontal), yang di dalamnya berjejer erong secara rapi lengkap dengan tengkorak manusia. Adapun erongnya, terbuat dari kayu dengan bentuk yang menyerupai perahu; memiliki kesamaan bentuk dengan erong-erong yang ada di Toraja. Menurut beberapa warga sekitar, situs ini memang masih berhubungan erat dengan manusia pertama yang mendiami pulau Sulawesi, khususnya yang sekarang bermukim di Enrekang dan Toraja (Abdillah, 2019).

Sebagai situs bersejarah, Situs Tontonan di Kabupaten Enrekang ini pun sudah tercatat sebagai salah satu cagar budaya Nusantara yang dilindungi oleh Negara. Hal tersebut dapat dilihat dalam “Daftar Situs Sulawesi Selatan” (lihat Purnamasari, 2013) dan dalam “Daftar Benda Cagar Budaya Di Indonesia” (lihat Wikipedia, Ensiklopedia Bebas), di mana dalam daftar-daftar tersebut Situs Tontonan termasuk salah satu di diantaranya. Artinya, secara tidak langsung Situs Tontonan tersebut juga sudah diakui baik secara nasional maupun internasional.

Lebih lanjut mengenai Situs Tontonan, sebagaimana Situs tersebut sebenarnya juga sudah termasuk ke dalam kategori objek wisata yang dikelolah oleh pemerintah. Hal tersebut pernah diampaikan Drs. Hamsir M.Pd sebagai Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Enrekang (lihat Albar, 2018). Menurutnya, ada tiga objek wisata yang menjadi milik dan dikelolah oleh pemerintah daerah, yaitu Permandian Alam Lewaja, Villa Bambapuang dan Tebing Mandu Tontonan (Situs Tontonan). Akan tetapi, yang menarik dari pernyataan Kepala Dispopar Kabupaten Enrekang tersebut adalah Situs Tontonan sendiri dianggap belum berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan alasan karena masih dalam proses rehabilisasi.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kalau memang dalam tahap rehabilisasi, bagaimana konsep rehabilisasi terkait objek wisata Situs Tontonan tersebut? Apakah konsep rehabilisasi yang dimaksud mencakup semua aspek Potensi dan Daya Tarik Wisatanya? Ataukah hanya sekedar memperbaiki sarana dan prasarana yang sudah ada, yang menurut hemat penulis juga belum masuk ke dalam kategori layak. Jika konsep rehabilisasi yang dimaksud mencakup seluruh Potensi dan Daya Tarik Wisata Situs Tontonan, maka tulisan ini diharapkan dapat berkontribusi. Paling tidak, menjadi semacam konsep dasar untuk mengelola secara baik Situs Tontonan sehingga kelak dapat menjadi Objek Wisata Unggulan Kabupaten Enrekang.

Potensi dan Daya Tarik Objek Wisata Situs Tontonan

Bicara tentang objek wisata, tentunya yang menjadi perhatian utama adalah Potensi dan Daya Tarik yang dimiliki objek wisata itu sendiri.  Bahkan, menurut Devy & Soemanto (2017), Potensi dan Daya Tarik Wisata merupakan sutau mata rantai yang sangat penting dalam aktivitas wisata, sebab modal utama yang membuat para pengunjung atau wisatawan tertarik mendatangi daerah tujuan wisata adalah Potensi dan Daya Tarik yang dimiliki obyek wisatanya. Terkait Potensi dan Daya Tarik Wisata sendiri, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan telah ditetapkan bahwa apa yang dimaksud sebagai Potensi dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

Adapun Situs Tontonan di Kabupaten Enrekang, jika ditelaah secara saksama, juga memiliki Potensi dan Daya Tarik Wisata tersendiri. Pertama, dari segi panorama alamnya yang indah, di mana di sekitar lokasi Situs Tontonan terdapat sungai, pepohonan yang asri, bukit-bukit yang seolah-olah sudah diatur sedemikian rupa untuk memberi kesan eksotik, estetik dan harmonisasi alam, serta beberapa pemandangan alam lainnya yang juga memberi kesan eksotik tersendiri seperti lahan pertanian dan perkebunan penduduk sekitar.

Kedua, Situs Tontonan memiliki lokasi yang luas dan sangat strategis. Menurut hemat penulis, lokasi tersebut dapat disulap menjadi semacam wahana waterboom atau waterpark untuk menambah Daya Tarik Wisata Situs Tontonan. Sebagaimana diketahui, wahana semacam ini juga banyak menarik perhatian para wisatawan, terutama wisatawan lokal. Sebagai contoh, Waterboom Trans Park di Punck Bila Sidrap, yang sejak dibuka sampai saat ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Sekiranya, bukanlah hal yang mustahil jika wahana seperti waterpark ini juga dibangun di sekitar lokasi Situs Tontonan sebagai bagian dari objek wisata.

Ketiga, Situs Tontonan memiliki tebing-tebing batu yang berdiri kokoh dan gagah. Boleh dikata, tebing-tebing batu tersebut tidak kalah menariknya dengan beberapa objek wisata tebing batu yang ada di beberapa daerah di Indonesia, seperti Brown Canyon di Semarang, Tebing Breksi di Prambanan, Tebing Bukit Kelam di Pontianak, Tebing Koja Kandang Godzila di Tangerang, Tebing Masigit di Bandung, Tebing Cukang Taneuh di Pangandaran, dan Tebing Karst di Maros. Bahkan kalau boleh dikatakan bahwa tebing batu di Situs Tontonan juga dapat disepadankan dengan Grand Canyon di Utara Arizoan, AS.

Keempat, masih terkait tebing batu di Situs Tontonan, di mana pada situs tersebut terdapat salah satu tebing dengan ketinggian 180 meter yang memiliki lubang/liang, yang di dalamnya terdapat mandu atau erong lengkap dengan tengkorak manusianya. Selain dapat dijadikan sebagai objek wisata panjat tebing, posisi tebing tersebut juga sangat strategis, sehingga dapat dijadikan sebagai objek utama atau semacam ikon Daerah Tujuan Wisata Situs Tontonan.

Kelima, di Situs Tontonan terdapat sungai yang panjang dan luas mengitari lokasi sekitar situs. Selain memiliki nilai keindahan dan nilai sejarah tersendiri, sungai tersebut juga sangat strategis untuk dijadikan sebagai tempat para wisatawan bermain arung jeram atau rafting.

Kelima, dengan area lokasi yang cukup strategis, area sekitar Situs Tontonan juga berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat Kemah Wisata atau semacam tempat untuk menyelenggarakan Event Kemah Wisata.

Keenam, ini penting, di mana Situs Tontonan memiliki Daya Tarik yang cukup tinggi karena memiliki nilai sejarah dan nilai budaya yang Adiluhung. Sehingga, Situs Tontonan tersebut juga dapat menjadi salah satu destinasi Arkeowisata, yaitu jenis wisata yang berfokus pada promosi tentang pentingnya konservasi situs sejarah atau arkeologi budaya, bersifat edukatif (lihat Ardiwidjaya, 2018).

Sekiranya, masih banyak lagi Potensi dan Daya Tarik Wisata yang dimiliki Situs Tontonan seperti diterangkan di atas. Pada intinya, Potensi dan Daya Tarik Wisata yang dimiliki Situs Tontonan dapat menciptakan apa yang disebut sebagai Wisata Berkelanjutan, sehingga, sangat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan agar Situs Tontonan dapat menjadi Objek Wisata Unggulan atau Daerah Tujuan Wisata Unggulan khususnya di Kabupaten Enrekang.

Sebagai penutup, penulis yakin bahwa Situs Tontonan jika dikelola secara baik, dengan memanfaatkan secara efektif Potensi dan Daya Tarik Wisatanya untuk kemudian dijadikan sebagai Objek Wisata Unggulan Kabupaten Enrekang, suatu keniscayaan bahwa selain kelestarian nilai sejarah dan budayanya yang akan terjaga, Situs Tontonan kedepannya pun akan mampu berkontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Enrekang sebagaimana mestinya. Dan tentunya, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi dan kerja sama yang baik berbagai pihak, terutama pemerintah daerah sebagai pemegang dan penentu kebijakan, pemuda-pemudi yang memiliki semangat juang dan kreatifitas yang tinggi, tak terkecuali warga masyarakat Kabupaten Enrekang itu sendiri secara keseluruhan.

Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam Lomba Esai “Potensi Lokal Enrekang” tahun 2019 yang diadakan Dispustaka Enrekang dan menjadi Pemenang II.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *