Sepekan Berliterasi di Perpustakaan

Suasana aula Dispustaka Enrekang, pada Senin, 20 Maret 2017, terasa semarak dengan antusias peserta Pekan Literasi. Mereka sedari pukul 08.00 WITA sudah menempati kursi-kursi yang disediakan. Beberapa guru sudah bertanya-tanya jadwal pelaksanaan Pelatihan Membaca Cepat. Hanya seperti biasa, acara pertama yang harus dilangsungkan adalah pembukaan. Sembari menanti Kepala Dispustaka datang menyambut peserta dengan pepesan motivasi, mereka mengisi waktu dengan bercengkerama. Sambutan Kepala Dispustaka juga merupakan momen-momen yang masih baru, setelah status Kantor Perpustakaan, Arsip dan PDE bertransformasi menjadi Dinas Perpustakaan dan Kerasipan, dengan akronim Dispustaka.

Jumlah peserta yang hadir pada pembukaan Pekan Literasi sekitar 40 orang. Ada yang mendaftarkan diri dalam Pelatihan Membaca Cepat, ada yang akan ikut Workshop Cerpen dan juga Workshop Videografi. Ketiga acara ini dilaksanakan selama 5 hari (20-24 Maret 2017), plus Seminar GPMB, bincang literasi, pameran buku, dan panggung literasi yang digelar pada malam hari. Kegiatan ini mengusung tema “Literasi Untuk Berdaya”. Sebuah tema yang berkeinginan memanggungkan literasi sebagai sebuah pondasi kemajuan atau keberdayaan masyarakat Enrekang.

Selesai acara pembuka, kegiatan pertama adalah Pelatihan Membaca Cepat, oleh Salmubi yang berprofesi pustakawan. Selama dua hari peserta diberi latihan membaca cepat. Bagi para guru, materi ini dianggap penting, sebab nantinya bisa disalurkan kepada peserta didik di sekolahnya. Seperti yang diharapkan oleh Bu Jamatiah, seorang pustawan dari SMPN 1 Enrekang. “Ini bagus sekali untuk diajarkan kepada siswa, supaya mereka bisa membaca cepat. Yah, dan banyak kegunaannya,” responnya.

Tak hanya guru, beberapa mahasiswa STKIP Muhmmadiyah Enrekang juga turut berlatih membaca cepat. Mereka mengikuti panduan pemateri dengan membaca teks yang dibagikan. Sesekali wajah mereka tampak serius, tapi juga diselingi dengan permainan. Di awal acara, memang banyak peserta yang penasaran dengan pelatihan ini, karena belum memahami maksud membaca cepat. Namun setelah mengikutinya, mereka pun perlahan mengetahui dan mulai menganggap penting adanya kemampuan demikian. “Semakin melimpahnya informasi, sudah sangat penting untuk menyerap bacaan secara cepat, tentu melalui cara yang efektif. Dan saya kira ini juga berlaku bagi kami mahasiswa yang akan menyusun penelitian maupun tugas makalah,” ujar salah seorang mahasiswa.

Setelah Pelatihan Membaca Cepat, Selasa pukul 15.30, ruang baca umum Dispustaka kembali diisi oleh wajah-wajah baru. Berikutnya Workshop Cerpen. Tapi ada juga peserta pelatihan sebelumnya yang ikut. Panitia membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin mengikuti semua agenda kegiatan.

Sesi workshop cerpen dibawakan oleh Faisal Oddang. Seorang penulis muda peraih berbagai penghargaan nasional. Faisal Oddang telah memiliki beberapa karya, diantaranya “Dari Puya Ke Puya” yang meraih novel terbaik Tempo 2015, “Di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon” yang diapresasi sebagai cerpen terbaik pilihan Kompas tahun 2016. Kedua karya diatas berbicara tentang budaya Toraja. Saat ini, kebanyakan karyanya bertema lokal. Karena itu, kehadiran Faisal Oddang merupakan dorongan bagi peserta agar terinspirasi mengeksplorasi lokalitas Enrekang, tentu dengan genre cerita pendek atau novel.

Dalam workshop ini, peserta diberi tugas menulis cerpen. Meski peserta hanya diberi kesempatan yang singkat, tapi sebagian besar peserta mengerjakan proses kreatifnya. Besoknya, mereka diminta membacakan satu persatu, selanjutnya dikoreksi dan diberi masukan perbaikan. Mereka diajarakan dari proses membuat ide cerita, kerangka cerita, judul, paragrap tulisan, pemilihan diksi, dan proses lainnya. Tips-tips mengirimkan cerpen di media, tak luput disampaikan oleh Faisal Oddang. “Saya berharap para peserta juga bisa mencoba mengirimkan karyanya di media, nanti saya akan kirimkan alamat surel setiap Koran,” harap Faisal Oddang.

Malam hari, sekira pukul 19.30 WITA, suguhan musik, ruang berpuisi, dan membaca esai digelar di pojok halaman Dispustaka. Tentunya peserta sembari menikmati kopi racikan Macca Café 36 yang ikut membuka stand sepekan lamanya. Agenda Panggung literasi berlangsung selama tiga malam, dimulai dari panggung untuk komunitas, panggung Dispustaka, dan panggung apresiasi puisi Udhin Palisuri (penyair kelahiran Enrekang).

Saat malam panggung Dispustaka, para staf perpustakaan yang tampil menghibur penonton. Mereka membaca puisi, esai, dan bermusik. Faisal Oddang yang malam itu ditemani Imhe Mawar, juga tampil membacakan puisi. Selain menyaksikan kemeriahan panggung, penonton maupun pengunjung perpustakaan yang berada di halaman Dispustaka, sesekali mengamati dan membaca buku-buku di tenda pameran buku.

Keesokan hari, rabu (16.00 WITA), setelah sesi workshop cerpen, giliran Imhe Mawar yang berbicara di Bincang Literasi. Buku berjudul “Telinga Palsu”, yang merupakan 100 pilihan esai Koran Tempo Makassar adalah bahan perbincangan. Faisal Oddang termasuk salah seorang penulisnya.

Selaku penata aksara, Imhe Mawar menceritakan latar terbitnya buku ketiga Komunitas Literasi Makassar tersebut kepada peserta. Ia juga membagikan pengalamannya saat mengurus halaman Literasi di Koran Tempo Makassar. Bagkan perbincangan bersama Imhe Mawar tidak selesai di ruang baca umum, sebab beberapa peserta terlihat asyik mengajak berbincang dengannya di lokasi pameran buku, maupun di lapak Café Macca 36.

Hari berganti malam, kembali Panggung Literasi dimulai. Suasananya semakin ramai dan cair dari malam sebelumnya. Puisi-puisi Udhin Palisuri dibacakan oleh berbagai kalangan. Staf dan pimpinan Dispustaka yang sempat hadir, dikandang paksa oleh Muhammad Naim yang berperan sebagai pemandu acara. Tidak ketinggalan para pewarta serta Kapolres Enrekang tampil membaca puisi Udhin Palisuri.

Hari berikutnya (Kamis, 24 Maret 2017), Seminar Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) oleh Ketua GPMB Enrekang, Fihris Khalik, P.hD. Materi seminar GPMB lebih menekankan ajakan membaca dan gerakan literasi. Menurutnya, survei yang memposisikan Indonesia rendah minat baca, sudah seharusnya dirubah dengan penyadaran akan pentingnya membaca dewasa ini. Hal itu harus dimulai dari perbaikan fasilitas perpustakaan menjadi tempat yang nyaman dan inovatif.

Selepas peserta beristirahat dan shalat duhur, Syaifullah masuk membawakan sesi Workshop Videografi. Syaifullah (Ipul) yang akrab disapa Daeng Gassing merupakan seorang bloger aktif yang juga vloger. Bekal pengalamannya di dunia blogger dan gambar bergerak itulah yang disampaikan kepada peserta workshop. Ia memulai dari pengenalan alat perekam dan cara pengambilan gambar dari berbagai sudut pandang. Setelah itu, peserta ditantang dengan tugas membuat video secara berkelompok.

Waktu yang diberikan oleh Daeng Ipul, lantas dimanfaatkan dengan maksimal oleh peserta. Hingga mereka melahirkan karya. Pada jumat pagi, mereka sudah mampu menampilkan karyanya di layar. Yang menarik, karena pada hari itu, Bupati Enrekang berkesempatan menyaksikan langsung pemutaran video setiap kelompok. Selain mengunjungi acara tersebut, Bupati sekaligus diundang menutup Pekan Literasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *