Sebatok Pambakte untuk Bagus

oleh Sri Murwanto, S.Pd., M.Pd., Guru SMP Negeri 4 Alla  Kabupaten Enrekang

Kukuruyuuuk… Kukuruyuuuk… Kukuruyuuuk… Suara kokokan ayam “Si Red” dan anak-anaknya membangunkan Bagus. Segera ia bangun dan pergi sholat subuh berjamaah. Setiap hari setelah melaksanakan sholat subuh, Bagus mengecek ayam di kandangnya, memberi makanan, menyiram tanaman stroberi kegemarannya, kemudian menonton film kartun kesukaannya di  depan televisi sambil tiduran. Sementara masih enak-enaknya tidur-tiduran di depan televisi, lantas dibangunkan oleh ibunya untuk  bersiap-siap mandi membersihkan badan kemudian sarapan dan ikut ayahnya naik motor Jupiter MX berangkat ke dusun Curio untuk menghadiri undangan acara Pambakte dari orang tua siswa SMP tempat Ayah Bagus mengajar. 

Dusun Curio adalah merupakan salah satu dusun di desa Curio, Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang. Desa ini kira-kira 255 Km timur laut dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Penduduk di daerah ini dihuni beragam suku dengan mayoritas suku Masenrempulu.  Adapun mata pencaharian penduduk cukup beragam antara lain: pegawai negeri sipil (PNS), guru, perawat, perangkat desa, pedagang, wiraswasta, pekebun, peternak dan mayoritas adalah petani. 

Bagus dan Sebatok pambakte

Petani di dusun ini banyak membudidayakan tanaman padi. Tanaman padi bahasa latinnya Oryza sativa, penduduk lebih mengenal dengan nama Pare. Bermacam-macam varietas padi yang ditanam penduduk Curio di antaranya padi IR 36, ciliwung, pinjan dan mandoti. Padi Pinjan dan mandoti  termasuk jenis padi ketan dalam bahasa daerah disini disebut Pullu. Beras ketan bermacam-macam warnanya ada yang berwarna merah, putih dan hitam. Padi beras ketan selain enak dimakan dapat diolah menjadi bajek, sokko, tape  juga dapat juga dibuat menjadi salah satu makanan tradisional daerah ini  yang terkenal dengan sebutan pambakte.

Jarak rumah Bagus dari dusun Curio lumayan jauh kurang lebih 17 Km.  Sekitar jam 09.00  WITA, Bagus sudah sampai di rumah Tanta Mia di dusun Curio. Di sana  telah  berkumpul  teman-teman ayah Bagus sekitar 10 orang. Mereka semua  memakai masker dan tetap  mengikuti  anjuran protokol  kesehatan  dari pemerintah di masa new normal Pandemi Coviv-19 ini.

Untuk  membuat pambakte memang diperlukan banyak  orang yang saling bekerjasama saling bahu membahu  supaya cepat selesai.  Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antara tuan rumah dengan tamu-tamunya, sekaligus sebagai rasa syukuran kepada Allah SWT yang memberikan  rezeki  berupa padi  yang telah dipanen. Di rumah  yang sederhana tersebut sudah tersedia 3 karung padi ketan hitam yang masih menempel di tangkainya, hasil panen kemarin sore, bersama 2  karung   kelapa mengkal yang dibawa dari dusun Mandalan, 5 Kg gula merah yang dibeli dari dusun Karuru sebagai bahan utamanya serta alat-alat yang lainnya. Segera mereka memulai aktivitasnya membuat pambakte

Pambakte berasal dari kata “bakte” yang berarti disangrai, yaitu digoreng di atas wajan tanpa menggunakan minyak.  Pambakte adalah makanan khas yang terbuat dari beras ketan yang disangrai, ditumbuk, dibersihkan lalu ditaburi parutan kelapa dan irisan tipis gula merah. Makanan ini termasuk bergizi karena banyak mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin  dan mineral.  Nah,  pasti  kalian penasaran ya, bagaimana cara membuat pambakte? Adapun cara membuatnya, berikut uraian yang disampaikan Bagus di bawah ini:

  1. Alat dan Bahan:
  • Tungku
  • Panci
  • Wajan
  • Baskom
  • Nampan
  • Sodek
  • Sendok Makan
  • Sendok Nasi
  • Pisau
  • Tampah
  • Nampan
  • Lesung dan Penumbuk
  • Parut kelapa tradisional
  • Padi Ketan Hitam
  • Gula Merah
  • Kelapa
  • Kayu bakar
  • Korek api
    1. Langkah kerja:
  • Siapkan alat dan bahan untuk membuat pambakte.
  • Pisahkan butiran-butiran gabah padi ketan hitam dari tangkainya dengan bantuan sendok nasi kira-kira 5 liter.
  • Sangrailah butiran-butiran gabah padi ketan hitam pada wajan besar di atas nyala tungku api  sampai masak sambil diaduk-aduk dengan sodek supaya masaknya merata.
  • Setelah masak angkat  dari wajan dan tuanglah di atas tampah.
  • Dengan tambah pisahkanlah beras ketan hitam yang sudah disangrai dari sekam dan kotorannya sambil diputar-putar dan dibuang .
  • Masukkan beras ketan hitam sangrai yang sudah bersih kedalam baskom
  • Kupaslah kelapa mengkal, pecahkan, pisahkan dari airnya dan  parutlah kelapa dengan parut  kelapa tradisional kemudian simpan parutan kelapa di panci.
  • Campurlah beras ketan hitam sangrai yang sudah bersih dengan parutan kelapa sampil diaduk-aduk dan diremas-remas dengan tangan yang terbungkus kantong plastik.
  • Iris-irislah tipis-tipis gula merah dengan pisau dan simpan di atas nampan.  
  • Campurlah beras ketan hitam sangrai dan parutan kelapa dengan irisan tipis-tipis gula merah. sampil diaduk-aduk dan diremas-remas dengan tangan yang terbungkus kantong plastik.
  • Nah akhirnya pambakte sudah jadi dan siap dihidangkan di panci atau di piring-piring.

Ya,  sekitar  jam 14.00 WITA  pambakte  sudah ada  yang jadi dan bisa dinikmati bersama-sama.  Disajikan pada sebuah piring yang terbuat dari tempurung kelapa atau batok kelapa cukup alami dan ramah lingkungan karena memanfaatkan bahan limbah kelapa. Satu orang mendapatkan satu batok kelapa berisi pambakte yang siap dinikmati. Bagus  sangat  gembira mendapatkan bagian sebatok pambakte  yang dibawa pulang untuk oleh-oleh saudaranya. Sekitar jam 16.00 WITA, Bagus  berpamitan dengan keluarga tuan rumah  pulang  sambil membawa sebatok pambakte karena cuaca kelihatan mendung kelam. Maka ingatlah pesan Bagus dalam Pantun di bawah ini:

Pambatte  Curio berbahan beras ketan hitam

Curio  sebuah  desa  di kabupaten Enrekang

Kalau  cuaca  sudah  diselimuti  mendung kelam     

Itulah  tanda-tanda  hujan akan segera datang

Pambakte enak untuk dimakan teman-teman Bagus, di sini  mengatakan “marasa” (enak), rasanya yang unik, manis karena ada gula merahnya, gurih karena ada serutan kelapanya, bertekstur kenyal, lembut, keras khas beras ketan. Harga pambakte di pasaran sekitar  Rp. 20.000/piring. Cukup menjanjikan bila ada yang mau membuat usaha sampingan, pastilah akan dapat menambah pundi-pundi uang dan bisa jadi lapangan kerja baru serta melestarikan  satu jenis makanan tradisional.  

Demikian sajian makanan tradisional pambakte dari Curio kabupaten Enrekang kami sajikan semoga dapat  menambah wawasan khasanah makanan tradisional di Indonesia dan dapat bermanfaat. Bagi yang penasaran silahkan cari bahannya, buat dan mencobanya di rumah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *